Selasa, 14 Oktober 2014

Teruntuk kamu
Ditengah rintik hujan kota bandung, ingatan ku melayang kepadamu. Teringat semua cerita kita tentang hujan, hujan adalah momen yang selalu melekat diantara aku dan kamu. Bagaimana aku tak bisa lupa dengan hujan, ketika hujan pertama dibulan februari kau menggenggam tanganku dengan begitu erat. Menawarkan aku sebuah dunia yang berbeda, jauh berbeda dari warna monokrom yang aku lalui. Menawarkan aku janji-janji surga yang akan ku kenang dengan penuh cinta sampai mati. Seminggu setelah itu hujan datang lagi, kita duduk berdua diselasar kelas belakang, duduk rapat menikmati hujan. Kamu membiarkan aku berbicara apa saja. Menatapku penuh perhatian, seakan aku sedang membagi sebuah rahasia. Ketika hujan pula, aku berani memeluk pinggangmu, ikut menari bersama derainya hujan bulan juni. Aku berteriak aku mencintaimu, dan kaupun ikut memelukku lewat seuntai harapan. Dibawah hujan kita sering bermain masa depan, berandai selamanya akan berpegang tangan. Dibawah hujan sambil menyesap kopi hitam panas yang selalu kau pesan untukku kita bergenggaman dalam diam,menyaksikan semburat hujan menetes dari jendela di bangku belakang, berharap hujan jangan cepat reda. Namun ketika hujan pula, aku terpaksa untuk membebaskanmu, bukan aku tak mencintaimu, aku tak ingin menyiksamu dengan jarak yang lebih dari 1000 hasta ini. Aku tau kau takkan mampu bercinta dengan bayanganku. Aku bukan sosok yang lagi sama, yang hanya sehasta berada dari jengkalan nafasmu. Ditengah hujan yang menari dilangit bandung, yang seharusnya menjadi candu, aku luruh. Ku nikmati garba tanah yang tak lagi sama. Tak seindah hujan bersamamu, dan akan selalu begitu. Aku mencintaimu seperti hujan yang menyelungkup semesta. Aku hanya ingin membebaskan mu, membuat kamu mengembara kealam lain, doaku tulus. Seiring selesainya hujan dibulan ini, kamu dan aku selalu punya cerita hujan yang sama, kenanglah sebagai petuah hari tua yang kau bisikkan kepada angin yang datang sebelum hujan. Hujan dikota ini, bukan hujan yang sama. Tapi hidup harus tetap berjalan kan? Do’akan aku, untuk tabah memulai kisah dengan hujan yang baru, begitupun kamu…semoga kita merasakan kesenangan hujan, meski bukan dengan aku……. Selamat tinggal hujanku, sembah nyata angin kepadamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar